Tuesday, July 17, 2007

Doa sholat hajat

DOA SELESAI SOLAT SUNAH HAJAT:LAA ILAAHA ILLALLAAHUL HALIIMUL KARIIMU,SUBHAANALLAAHI RABBIL 'AR-SYIL 'AZHIIM, ALHAMDULILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN, AS-ALUKA MUUJIBAATIRAHMATIKA, WA'AZAAIMA MAGHFIRATIKA, WAL'ISHMATA MINKULLA DZANBIN, WAL-GHANIIMATA MIN KULLI ITSMIN, LAATADA'LII DZANBAN ILLAA GHAFARTAHUU, WALAA HAMMAN ILLAAFARRAJTAHUU, WALAA HAAJATAN HIYA LAKA RIDHAN ILLAQADHAITAHAA, YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.ARTINYA: Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang MahaPenyantun lagi Maha Mulia, Maha suci Allah Tuhanpemelihara Arsy yang Agung, segala puji bagi Allah,Tuhan seluruh alam. KepadaMu aku memohon sesuatu yangmewajibkan rahmatMu dan sesuatu yang mendatangkankeampunanMu, serta terpeliharanya dosa-dosa,emmperoleh kebaikan pada tiap-tiap dosa, janganlahEngkau tinggalkan dosa pada diriku, melainkan Engkauampuni, dan kesusahan, melainkan Engkau beri jalankeluarnya, dan tidak pula suatu hjat yang mendapatkerelaanMu, melainkan Engkau kabulkan, wahai TuhanYang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.\

Monday, July 16, 2007

macam2 hati dan menatanya

– Tingkat pembahasan: Dasar
Penulis: Cipto Nugroho Sholeh
Banyak orang menaruh perhatian yang besar terhadap keadaan jasmani mereka. Apakah terlihat bagus, terdapat lecet-lecet, luka-luka atau apakah tubuh sedang terasa kurang fit. Mereka lantas bergegas mencari penanganan dan penyelesaiannya. Tetapi mereka kurang menaruh perhatian yang lebih terhadap hati.Hati merupakan ibarat raja yang memimpin anggota tubuh untuk melakukan suatu amalan, apakah amalannya itu menjadi baik ataukah menjadi buruk. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang cukup dikenal, bahwasanya sahabat An-Nu’man bin Basyir mengatakan bahwa Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”… Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah (segumpal daging) itu adalah al-qolbu (hati).” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu hendaklah seorang insan berusaha untuk mengenal tentang hati dan hal-hal yang berkaitan dengan hati. Hati dinamakan al-qolbu karena mempunyai sifat dapat berbolak-balik. Seorang penyair masa lalu melantunkan sebuah bait sya’ir:
Tidaklah dinamakan qolbuMelainkan karena berbolak-baliknyaDan dapat memalingkan manusia…Tahap demi tahap
Pembagian Hati
Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa hati dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati.
Hati yang sehat adalah hati yang selamat, yaitu yang membawa seseorang menuju kepada keselamatan di akhirat kelak.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:“Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, kecuali orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (Asy-Syuaraa: 88-89)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, mengatakan, “Hati yang selamat maknanya adalah selamat dari syirik, kejelekan, keragu-raguan, rasa cinta kepada keburukan, terus-menerus melakukan kebid’ahan dan dosa.”
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapakah Rabb (Tuhan) nya. Tidak beribadah kepadaNya yaitu dengan menjalankan perintahnya dan tida pula menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridloiNya. Baginya yang penting adalah menuruti keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Bergaul dengan orang yang mati hatinya ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan duduk bersama dalam satu majelis dengan mereka adalah bencana.
Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi mengidap penyakit. Ia cenderung untuk mengikuti unsur yang lebih kuat. Terkadang ia cenderung kepada ‘kehidupan’, namun terkadang lebih cenderung kepada ‘penyakit’. Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah Ta’ala, yang kesemuanya itu merupakan sumber kehidupan. Namun padanya terdapat kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, sifat hasad, sombong dan ujub (berbangga diri), yang merupakan bencana dan sumber kehancuran diri seseorang. Ia berada diantara dua penyeru, yaitu penyeru yang menyeru kepada Allah dan RasulNya, hari akhir dan penyeru yang menyeru kepada kehidupan dunia. Seruan yang disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha menjadikan hati kita ke dalam jenis hati yang pertama, yang akan membawa diri kita menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan. Dan juga berdo’a dengan do’a yang sering dipanjatkan oleh nabi yang mulia Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari jalan sahabat Syahr bin Ausyah radhiyallohu ‘anhu, “Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu.” (HR. Tirmidzi, hasan). Dalam riwayat yang lain Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berdo’a, “Wahai Allah Dzat Yang Maha mengarahkan hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepadamu.” (HR. Muslim)
Bulletin At-Tauhid, Akhlaq

btw:sumber di ambil dari www.eramuslim.com

macam2 penyakit hati

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :
1. Iri HatiIri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
2. DengkiDengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.
3. Hasut / Hasud / ProvokasiHasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4. FitnahFitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
5. Buruk SangkaBuruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6. Khianat / HianatHianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

sholat sunah dan akidah

Cara Sholat Istiqarah :Solat dua rakaat. Pada Rakaat pertama dibaca Surah Al-Faatihah dan Surah Al-Kaafiruun ( Qul yaa ayyuhal kaafirun) dan di rakaat kedua dibaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlaas ( Qul hua Allahu ahad).
Solat Istikharah ini dilakukan sebelum tidur atau ketika sembahyang tahhajud dikahir malam (selepas jam 3 pagi) dan yang paling afdhal dilakukan sebelum tidur.
Cara yang laing afdhal atau terbak untuk saudari lakukan solat istikaharah dan mendapat petunjuk dari Allah ialah sengan melakukan perkara berikut sebelum tidur:-
1. Ambil wudhuk ( akan tidur dalam keadaan berwudhuk)
2. Sembahyang sunat taubat 2 rakaat Pada Rakaat pertama dibaca Surah Al-Faatihah dan Surah Al-Kaafiruun ( Qul yaa ayyuhal kaafirun) dan di rakaat kedua dibaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlaas ( Qul hua Allahu ahad).
3. Bertaubat kepada Allah dengan sesungguhnya dengan menyesali perbuatan maksiat yang dilakukan dan berazam tidak akan mengulangi lagi dosa-dosa tersebut.
4. Sembayang solat hajat agar diberi petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Bacaan adalah sama dengan solat taubat.
5. Membaca Al-Quraan sebaik-baiknya surah Yasin
6. Sembahyang Istikharah sebagaimana yang diterangkan. Selepas sembahyang terus tidur dengan membaca doa sebelum tidur dan juga ayat-ayat quraan yang menjadi amalan RAsulullah untuk menghindarkan dari gangguan syaitan.
Doa istikharah dibaca ketika sujud atau selepas solat:
Mafhumnya:- Wahai tuhanku, aku memohon pilihan dengan ilmuMu dan memohon takdirMu dengan kekuasaanMu. Dan aku memohon daripada kelebihanMu yang amat besar. Sesungguhnya Engkau sahaja mampu segalanya dan aku tidak mampu dan Engkau amat mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui. Engkau mengetahui segala perkara ghaib. Wahai tuhanku sekiranya /engkau ketahui bahawa perkara ini adalah yang terbaik buatku dalam perkara agamaku, didalam kehidupanku serta kehidupanku selanjutnya, maka takdirkanlah perkara itu untuk ku serta permudahkannya untuk ku dan berkatilah aku padanya. Sekiranya Engkau ketahui baha perkara ini adalah bukan yang terbaik buatku dalam perkara agamaku, di dalam kehidupan ku serta kehidupan ku selanjutnya, maka jauhilah daripadanya serta takdirkanlah yang terbaik buatku serta berkatilah aku.
Doa Solat hajat:
Mafhumnya:- Tiada tuhan yan disembah melainkan Allah yang bersifat maha mengetahui dan mulia. Maha suci Allah tuhan kepada arays yang maha besar. Segala puji bagi Allah tuhan sekelian alam. Aku momohon rahmat Mu serta keampunan Mu, perlindungan daripada segala dosa, serta pertolongan Mu dalam melakukan kebaikan, serta perlindungan daripada setiap perkara buruk serta aku memohon darjat syurga yang tinggi. Jangan Kamu tinggalkan dosa terhadapku kecuali Engkau mengampuninya, tidak ada kesulitan kecuali Engkau permudahkannya, tidak ada hutang kecuali Engkau permudahkan urusan pembayarannya, tidak ada hajat dunia dan hajat akhirat kecuali Engkau perkenankan hajat tersebut wahai tuhan yang pemurah.
Kemudian baca doa yang sepatutnya.
Petunjuk yang akan didapati ialah segala keputusan yang terbetik dihati kita selepas kita melakukan solat istikharah tersebut. Apa saja kecendrungan hati kita selepas itu adalah dikira petunjuk dari Allah Taala. Ramai yang menganggap bahawa petunjuk adalah berbentuk mimpi ketika tidur selepas melakukan solat istihkarah dan tanggapan ini adalah meleset kerana ianya begitu jarang berlaku dan tidak menjadi syarat kepada petunjuk. Memadailah dengan kecenderungan hati kita dalam membuat keputusan. Tetapi kita jangan lupa bahawa kita hendaklah sentiasa mengingati Allah Taala dan bertawakkal kepadanya disamping kita menjauhi segala amalan dan perbuatan yang tidak di redhai Allah demi yuntuk mengelakkan gangguan dari syaitan.
Kekeliruan untuk membuat keputusan selepas sembahyang istikharah tidak akan tiimbul apabila kita telah bertawakkal kepada Allah dengan sepenuhnya. Apabila kekeliruan masih timbul, ini menunjukkan kurangnya bertawakkal kepada Allah. Buatlah satu keputusan dan terus berpegang kepada keputusan itu tanpa was-was. Sentiasalah berdamping kepada Allah dengan zikir dan Istighfarr. Bercintalah Dengan Allah kerana Allah samasekali tidak akan menolak cinta hambanya apatahlagi mengecewakan hambanya...berlainan dengan cinta manusia yang bersifat sementara dan hipokrit dan sebagainya..Semoga saudari berjaya. Amiin.
11:08 PM - 0 Comments - 0 Kudos - Add Comment
BERGAUL KERANA KEREDHAAN ALLAH
Ternyata dalam kehidupan ini boleh dikatakan setiap masa dipenuhi dengan amalan kebajikan yang baik dan diberi ganjaran pahala oleh Allah kepada hamba-Nya yang melakukan kebaikan. Ganjaran ini amat mudah dan senang didapati asalkan apa yang dilaksanakan itu ikhlas kerana Allah s.w.t. Malangnya kebanyakan individu tidak nampak ganjaran dan wawasan terhadap kebaikan, sebaliknya merasakan dirinya hina atau diperbodohkan andai melakukan demikian. Keadaan ini adalah suatu kesilapan besar dalam perhitungan hidup yang sesingkat ini. Dalam menuju keredhaan Allah s.w.t. apa yang lebih malang lagi ialah manusia amat mudah terjerumus ke arah keburukan yang membawa dirinya menjadi keji, yang mana dia sendiri mengusahakan ke arah itu, seperti sifat sombong tidak mahu dikalahkan dan sentiasa menjadi pemenang dalam semua urusan serta menakutkan-nakutkan orang lain. Seringkali si lemah dan si miskin menjadi mangsa. Islam menetapkan kedudukan orang orang yang suka membuat ugutan dengan menakut-nakutkan saudaranya dan membuatkan saudaranya merasa sedih, takut, kecewa dukacita dalam hatinya sebagai zalim. Hukuman ini telah ditegaskan oleh Rasulullah dalarn hadis yang berbunyi:
'Sesungguhnya seorang lelaki telah mengambil kasut lelaki lain lalu disembunyikannya dengan tujuan hendak bergurau, maka diberi tahu kepada Rasulullah s.a.w., maka jawab Rasulullah jangan kamu menakut-nakutkan saudara kamu sesama Islam, maka sesunggunya menakut-nakutkan saudara kamu itu merupakan kezaliman yang amat besar dosanya.' (Riwayat Thibrani)
Jelas sekali hadis ini menyatakan kedudukan dan hukuman bagi orang yang suka menakut nakutkan orang lain dengan perbuatan ataupun perkataan yang merupakan ugutan itu suatu kezaliman. Di dalam hadis yang lain pula Rasulullah menegaskan perilaku orang yang suka memandang orang lain dengan wajah yang menggerunkan, melalui sabda Nabi s.a.w.:
'Barangsiapa yang melihat kepada mana-mana orang Islam dengan satu pandangan yang menakut nakutkannya melalui kegeraman walahnya tanpa ada sebarang sebab untuk melakukan demikian maka Allah akan menakutkannya di hari kiamat (seperti apa yang dilakukan terhadap saudaranya di dunia)'. (Riwayat Thibrani)
Berdasarkan hadis di atas sekiranya ada sebab sebab tertentu dan berhak dilakukan demikian seperti ibu bapa mengajar anak, guru mengajar murid dengan memberi arahan arahan tertentu secara tegas maka ini dibolehkan dengan maksud rnendidik. Namun demikian Rasulullah melarang keras bagi orang yang mengacu-acukan senjata tajam kepada orang lain sama ada secara melawak ataupun bertujuan menakut-nakutkan. Andai kata melakukan dernikian malaikat akan melaknatnya hingga ke akhir usianya di dunia ini, sepertimana dalil yang dijelas oleh Rasullah s.a.w.:
'Sesiapa yang mengisyaratkan atau mengacukan-acukan sebarang senjata tajam yang diperbuat daripada besi, maka sesungguhnya malaikat akan melaknatnya hingga ke akhir hayat sekalipun dia mengisyaratkan kepada saudara seibu atau saudara sebapanya sendiri' (Riwayat Muslim)
Hal ini dipandang berat oleh syariat kerana senjata itu dijadikan sebagai alat untuk mencari rezeki, bukan untuk menakut-nakutkan orang lain ataupun mengancam sesama sendiri yang mungkin mencetuskan suasana tidak aman, darurat yang mungkin membawa ke arah hidup yang tidak ada kesejahteraan dalam masyarakat. (Rujuk Zainul 'Abidin Ibnu Rajah Al-Hamnbali Al-Baghdudi. T.Tarikh. hlrn. 145)
Dengan demikian dalam merealisasi hidup ini Allah s.w.t. telah menentukan cara hidup kepada hambanya dengari baik seperti bersaudara sesama Islam, bukan secara sebaliknya, dengan harapan setiap muslim itu akan kembali kepada Allah dengan penuh keredhaan-Nya sebagai ganjaran ketaatan hamba terhadap segala suruhan Allah sebagai khalifah di muka bumi yang mana semua amalan akan dihitung semula.
10:37 PM - 0 Comments - 0 Kudos - Add Comment
MENCERIAKAN PERGAULAN
Kewajipan Menceriakan Pergaulan
Berdasarkan hadis yang lain Rasulullah s.a.w. bersabda:
'Sesunggubnya amalan yang sangat dicintai Allah selepas melakukan ibadat fardhu oleh hambanya ialah mengembirakan hati saudaranya sesama Islam' (Riwayat Baihaqi)
Hadis ini menunjukkan betapa besarnya tanggungjawab seseorang hamba bagi menceriakan jiwa saudaranya. Lebih lebih lagi soal menghasilkan sesuatu keperluan atau mencapai kepentingan sesama muslim dalam masa seseorang itu mengejar sesuatu kerjaya dalam hidupnya. Adalah tidak wajar orang lain menghalangnya bahkan dianjur supaya memberi bantuan ke arah usaha tersebut agar segera diperolehinya. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. amat menggalakkan umatnya ke arah memberi pertolongan terhadap saudaranya untuk mencapai sesuatu hajat sepertimana dinyatakan di dalam hadisnya yang berbunyi:
'Orang Islam adalah saudara bagi orang Islam yang lain, yang mana tidak boleh menzalimi antara satu sama lain, dan jangan mengabaikan pertolongan kepadanya dan sesiapa yang menunaikan hajat saudaranya, Allah sentiasa menunaikan hajatnya, dan sesiapa yang melepaskan saudaranya daripada bala atau sebarang kesusahan, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari qiamat dan sesiapa yang menutup keaiban saudaranya, Allah akan menutup keaibannya pada hari kiamat.' (Riwayat Bukhari Dan Muslim, Abu Daud)
Melalui suruhan Rasulullah terhadap umatnya sepertimana yang difahamkan dalam hadis ini jelas menunjukkan bahawa menjadi suatu kewajipan ke atas orang muslim untuk berusaha bagi mengelokkan pergaulan sesama manusia dengan memberi pertolongan, bantu-membantu antara satu sama lain. Apabila terdapat sesuatu permusuhan atau pertengkaran bersegeralah untuk mendamaikan mereka, seperti firman Allah:
"Tiada kebaikan dalam segala urusan yang mereka tempuhi melainkan menyeru ke arah kebenaran atau melakukan segala kebajikan ataupun mendamaikan di antara manusia yang bergaduh dan sesiapa yang melaksanakan demikian adalah untuk menuntut keredhaan Allah, semoga Allah berikannya pahala yang berlipat ganda" (Surah An-Nisa': 114)
Ayat ini bermaksud melarang kejayaan satu golongan yang seringkali merahsiakan dari golongan yang lain, sedangkan golongan yang menjadi mangsa itu juga berhak menerima kejayaan yang sama, maka cara ini seolah-olah menunjukkan sifat tamak dan belot yang seringkali terjadi di kalangan umat manusia, lebih-lebih lagi zaman sekarang. Keadaan begini walaupun berjaya tetapi di sisi Allah adalah gagal disebabkan tamak dan belot tadi, bahkan menimbulkan perpecahan yang merugikan perpaduan ummah itu sendiri. (Rujuk Imam Fakhruddin Al-Razi, 1990. hlm. 33-34, juzuk 11)
10:36 PM - 0 Comments - 0 Kudos - Add Comment
Sunday, November 26, 2006
Bilakah Marah Itu Dibolehkan
Marah dibolehkan apabila terjadi sesuatu yang perlu ditentang dan dilawan, seperti pencerobohan terhadap jiwa, nyawa, harta dan pencabulan maruah atau kehormatan. Bagi melindungi harga diri daripada dicemari, kita perlu melawan dan menentang habis-habisan, sarna ada pada diri sendiri atau keluarga ataupun orang lain yang tidak kena mengena dengan kita. Perkara ini memang perlu diberi pertolongan untuk menyelamatkannya. Begitu juga pencerobohan terhadap agarnal seperti tempat ibadat dipermain-mainkan dan dicemari oleh seteru dan juga terhadap saudara seagama dengan kita dianiaya atau diseksa ketika ini perlu dimarahi dan ditentang kerana Allah. Tindakannya adalah pada hati dan jiwa yang berlandaskan akal yang waras. Perbuatan penentangan yang dilaksanakan perlu berdasarkan syariat, supaya tidak keterlaluan atau melampaui batas. (Rujuk Al-Manawir. 1972. hlm. 355. Juzuk 5)
Sabda Rasulullah:
'Bukanlah kekuatan itu ketika menang dalam pertarungan, sesungguhnya kekuatan yang sebenar dapat mengawal dari tindakan marah yang melampaui batas.' (Al-Bukhari)

Doa adalah berkah

Allah Sentiasa Menerima Doa
Insan hendaklah bersangka baik dengan Allah. Meyakini bahawa Allah senantiasa melimpah ruahkan rahmatNya. Mendampingkan diri kepada Allah menerusi jendela perbuatan dan amalan yang diredhai. Apabila Allah redha kepadanya, maka dia akan merasakan betapa Allah itu hampir dan tidak jauh darinya.
Sebenarnya, insan itulah yang selalu menjauhkan dari Allah. Apabila dia ditimpa cubaan dia bertanya di mana Allah?!!. Sikap dan akhlak insan terhadap Allah selalu menyebabkan insan hilang pedoman, merasa diri dipencilkan dan tiada tempat yang ingin mendengar rintihannya. Sedangkan tempat untuk mengadu dan merintih senantiasa terbuka di sisi Allah.
Kadang-kala seseorang insan rela ke sana-sini memohon bantuan bagi sesuatu pekerjaan dan urusannya dari makhluk sehingga terlupa untuk memohon bantuan dan bertawakkal kepada Allah. Bersusah payah insan berjumpa orang lain demi mengadu rasa hati dan derita sehingga dia lupa untuk mengadu kepada Allah yang senantiasa mendengar rintihan hamba dengan penuh rahmat.
Ini semua kerana insan merasakan Allah itu jauh darinya dan dia lupakan firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 186 yang bermaksud:
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya engkau (Wahai Muhammmad) tentangKu, (maka jawablah) sesungguhnya Aku ini hampir, Aku menjawab seruan sesiapa yang berdo`a kepadaKu apabila dia berdo`a. Maka hendaklah dia menyahut seruan (menunaikan perintahKu) dan beriman kepadaKu mudah-mudah mereka selalu berada di atas petunjuk"
Ya! Allah itu hampir dan amat sudi untuk segala do`a yang diangkat kepadaNya. Justeru itu sangat menghairankan bila adanya insan yang meninggalkan do`a kepada Allah yang hampir kepadaNya lalu mendapatkan makhluk-makhluk yang tidak terdaya untuk mengadu segala rasa hati dan dukacita. Padahal kita tahu bahawa sikap makhluk apabila terlalu banyak diminta maka bertambah rasa bosannya sedangkan Allah pula lagi banyak kita mengadu dan meminta bertambah pula kasih dan sayangNya.
Allah tidak jauh daripada setiap hamba. Yang menjadikan Allah itu jauh daripada kita ialah diri kita sendiri. Hati yang tidak merasai kewujudan dan rahmat Allah serta kefahaman yang tidak betul terhadap agama selalu menjauhkan perasaan manusia daripada Allah.
Sesiapa yang hatinya bersih akan menangislah dia apabila membaca ayat di atas. Betapa Allah dengan penuh kasih sayang meminta kepada RasulNya agar memberitahu bahawa Dia sangat hampir kapada mereka serta mendengar do`a dan rintihan mereka.
Kita diajar di dalam Islam agar senantiasa bergantung kepada Allah nescaya kita dapati Allah senantiasa bersama kita. Sabda Nabi s.a.w kepada Ibnu `Abbas ketika itu dia masih kecil:
Maksudnya:
Wahai anak kecil! Sesungguhnya aku ingin mengajarmu beberapa kalimat, iaitu, jagalah Allah (jagalah perintahNya) nescaya Allah menjagamu. Jagalah Allah (jaga perintahNya) nescaya engkau dapati Dia berada di hadapanmu (menunaikan keperluanmu). Apabila engkau memohon pohonlah daripada Allah. Apabila engkau meminta pertolongan minta tolonglah daripada Allah.
(Riwayat al-Tirmizi hadith ke-2516, katanya hadith ini hasan sahih)
Apabila seseorang menjaga agamanya, memelihara tanggungjawabnya sebagaimana dititah perintahkan Allah kepadanya, maka dia akan merasa betapa Allah bersama dengannya semua urusannya.
Firman Allah dalam Surah al-Ghafir ayat 60 yang bermaksudnya: "Dan Tuhan kamu berfirman: "Berdo`alah kepadaKu nescaya Aku menjawab untuk kamu"
Mungkin akan ada yang bertanya: "Allah telah memberitahu bahawa Dia pasti menerima do`a sesiapa yang berdo`a kepadaNya namun mengapa masih ada insan yang berdo`a tetapi kesan do`anya tidak dapat dilihat secara zahir?". Untuk itu, maka para `ulama telah menjawab persoalan ini, antaranya, apa yang dijelaskan oleh al-Imam al-Qurtubi dalam al-Jami' li Ahkam al-Quran bahawa perkataan ajib dan astajib (aku memperkenankan do`a) bukanlah bererti semestinya setiap do`a itu ditunaikan secara mutlak atau terperinci seperti yang dipohon.. Bahkan do`a seseorang mungkin dimakbulkan melalui salah satu dari tiga cara seperti yang disebutkan oleh baginda Nabi s.a.w. dalam hadith Abi Sa`id al-Khudri di bawah:
Maksudnya:
"Tidak ada seorang muslim pun yang berdo`a dengan sesuatu do`a yang tidak ada di dalamnya dosa atau memutuskan kekeluargaan, melainkan Allah akan beri salah satu dari 3 perkara; sama ada disegerakan untuknya (dimakbulkan di dunia), ataupun disimpan untuknya pada hari akhirat (diberi balasan baik pada akhirat), ataupun diselamat dia dari keburukan yang seumpamanya."
Kata al-Imam al-Syaukani dalam Tuhfah az-Zakirin : Hadith ini riwayatkan oleh al-Imam Ahmad, al-Bazzar, Abu Ya'la, kata al-Munziri: Sanadnya sahih (m.s. 65, cetakan. Lubnan)
Menerusi hadith di atas, baginda Nabi s.a.w. telah menerangkan kepada kita bahawa setiap do`a yang tidak mempunyai sebab-sebab ditolak akan pasti diterima oleh Allah menerusi tiga keadaan berikut;
Pertama: Dimakbulkan segara di dunia. Inilah yang biasanya menjadi harapan setiap yang berdo`a. Ramai di kalangan insan yang memperolehi kurniaan. Hasil kesungguhan mereka berdo`a, Allah makbulkan buat mereka. Kadang-kala dengan begitu pantas. Kadang-kalanya dilewat disebabkan hikmah yang Allah Maha Mengetahui. Tiada yang mustahil untuk Allah menerima do`a seseorang sekali dianggap mustahil oleh manusia. Lihatlah seorang wanita dari Aljeria yang mengidap penyakit barah yang segala doktor yang dia pergi mendapatkan rawatan mereka berputus asa. Akhirnya dengan aduan dan rintihan yang sungguh-sungguh kepada Allah, dia sembuh tanpa sebarang kesan barah yang mengkagumkan seleuruh pakar perubatan negaranya. Kata wanita itu: "Saya telah mengadu kepada Dia yang tiada tempat pergi dan lari dariNya, itulah Allah!!!. Demikian kiranya do`a dimakbulkan.
Kedua: Tidak dilihat kemaqbulannya di dunia tetapi disimpan untuk balasan kebaikan yang besar di akhirat di atas hikmah yang hanya dihendaki oleh Allah. Kalau ini berlaku hendaklah kita fahami bahawa ianya adalah pilihan terbaik daripada Allah untuk kita. Akhirat adalah kehidupan yang hakiki, kebaikan di sana tidak ada tukar ganti dengan dunia yang sementara. Allah tidak memaqbulkan sesuatu do`a secara mutlak di dunia kerana Allah Maha Mengetahui segala rahsia kehidupan alam,baik atau buruk di sebalik sesuatu perkara yang kita pohon. Akal kita kadang-kala tidak mampu menjangkau hakikat sesuatu. Umpamanya, seseorang yang memohon kepada Allah agar diberikan kemewahan yang melimpah, namun Allah tidak menunaikan hajatnya itu, lantas dia merasa diri tidak bernasib baik. Padahal Allah tidak menunaikan hajatnya itu kerana kasih-sayang Allah kepadanya. Allah mengetahui orang ini sekiranya dia berada dalam kemewahan, dia akan lupa kepada Allah maka rugilah kehidupan akhiratnya nanti. Allah ingin menyelamatkannya lalu ditangguh do`a tersebut untuk hari akhirat. Ini adalah contoh ringkas bagi memudahkan kefahaman pembaca. Oleh itu kepadaNya kita berserah. Bahkan apabila kita berada di alam akhirat nanti, kita akan berasa betapa beruntungnya segala do`a yang tidak dimaqbulkan itu ditangguh untuk diberi ganjaran besar ketika kita dihisab di Mahsyar kelak lalu segala do`a tersebut menjadi penyelamat kita dari keperitan neraka atau pengangkat darjat keistimewaan kita di syurga. Di sana nanti satu persatu do`a yang ditangguh itu ditunaikan dengan cara lebih baik dari yang dijangka oleh seseorang hamba.
Ketiga: Do`a diganti dengan keselamatan diri dari keburukan yang akan mengenainya. Hasilnya, betapa banyak keburukan yang insan terselamat darinya tidak dengan kehebatan atau kebijaksanaannya tetapi rahmat Allah yang barangkali datang hasil dari do`a-do`a kita yang berbagai kepada Allah.
Di samping itu semua, wajar diingatkan, perbuatan berdo`a itu adalah suatu ibadah. Insan dianggap melakukan kebaktian dan ibadah ketika dia berdo`a kepada tuhannya. Sama ada sesuatu do`a dimakbul atau tidak, pahala pasti ada di sisi Allah S.W.T.
Sabda Nabi s.a.w.
Maksudnya: "Do`a itu adalah ibadah"
(Riwayat al-Tirmizi hadith ke-3372, Abu Daud hadith ke-1479, Ibnu Majah hadith ke-3828. Kata al-Tirmizi: "Hadith ini hasan sahih Kata al-Syeikh Nasir al-Din al-Albani dalam Ahkam al-Janaiz: Hadith ini sanadnya sahih, seperti apa yang nyatakan oleh al-Hakim dan al-Zahabi.( m.s. 247. Ctk. Riyadh.)
Berdasarkan riwayat di atas kita dapat merasai betapa luasnya rahmat Allah. Bukan sahaja insan senantiasa dibuka peluang untuk meminta daripadaNya, bahkan setiap do`a yang dikemukakan dijadikan ibadat iaitu diberi balasan pahala di sisiNya. Demikian Allah Yang Maha Luas rahmatNya bertambah banyak pemohan kita kepadanya bertambah pula kasihNya kepada kita.
Sabda Nabi s.a.w.:
Maksudnya:
"Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah melebihi do`a"
(Riwayat al-Tirmizi hadith ke-3370, Ibnu Majah 3829. Kata al-Tirmizi hadith ini `hasan gharib)
Bahkan di sana terdapat dalil-dalil yang begitu banyak yang menggambarkan begitu besarnya kelebihan berdo`a. Ini kerana do`a adalah perlambangan tunduk serta rasa hina diri dan berhajatnya insan kepada pertolongan Allah yang Maha Berkuasa. Oleh itu berdo`alah kita kepadaNya dan jangan berputus asa dari rahmatnya
Sumber : Dr. Mohd Asri Zainul Abidin

kata kata mutiara

KATA-KATA HIKMAH
1. Sesiapa yang berwuduk saat ingin tidur dan meminta supaya ALLAH berikan kebaikan dunia dan akhirat pasti akan di kabulkan - HR Tirmizi. Sunat tidur dalam keadaan berwuduk.
2. Sesiapa yang berselawat tidak kiralah banyak mana hitunganya setiap hari akan dapat keberkatandalam apa jua dengan syarat ia berusaha mencari keredhaanNya.
3. Sesiapa yang berselawat 41 kali sehari, insyaALLAH, akan dihindarkan daripada sifat tercela seperti hasad dengki, riak dsbnya dalam dirinya.
4. Berselawat 33 kali sehari dapat menjernihkan hati, mudah memahami akan sesuatu ilmu yang diajarkan, di samping beroleh ketenangan fikiran.
5. ALLAH akan hapuskan dosa-dosa kecil dengan kita mengamalkan berselawat sebanyak 11 kali tiap kali selesai menunaikan solat fardu.
6. Sewaktu menghadapi hidangan, Nabi membiasakan diri dengan mengambil makanan yang terdekat, kemudian baru di ambil hidangan yang lainnya sebagai simbolik kesopanan.
7. Amalkan membaca selawat sebanyak 1000 kali sehari, insyaALLAH akandi kurniakan kebijaksanaan pemikiran. Di samping itu berusahalah untuk menerokai pelbagai ilmu.
8. Sesiapa yang berniat mandi (untuk solat jumaat) kemudian pakai pakaian terbaik & wangian lalu solat jumaat, dosanya akan diampun hingga jumaat berikutnya- HR Ahmad.
9. Sesiapa yang mengamalkan berselawat 11 kali tiap hari, dengan izin ALLAH dirinya akan lebih dihargai oleh orang lain.
10. Saidina Uthman bin Affan riwayatkan bahawa Nabi SAW apabila berwuduk, beliau membasahi janggutnya-HR Tirmizi
11. Nabi tidak pernah mencela makanan. Jika baginda suka, dia makan dan sebaliknya beliau tinggalkan- HR Bukhari. Apatah lagi jika makanan itu pemberian orang lain.
12. Sahabat meriwayatkan: Aku lihat Nabi SAW makan dengan 3 jari (ibu jari telunjuk & tengah)- HR Muslim. Jarang sekali beliau makan dengan 4 @ 5 jari kecuali ada keperluan
13. Menurut Sayyid Ahmad Dahlan, sesiapa berselawat walau sekali pada malam jumaat, saat mautnya kelak akan dipermudahkan ALLAH seperti yang dihadapi oleh para nabi
14. Setiap penyakit ada penawarnya. Bacalah selawat tujuh kali pada air dan minum. InsyaALLAH, perut yang sakit atau memulas akan sembuh
15. Perbaharui wuduk tiap kali bersolat krn padanya terdapat banyak fadhilat. Hadith: Sesiapa yang berwuduk dalam keadaan suci, ALLAH catatkan 10 kebaikan baginya- HR Abu Dawud.
16. Sesiapa yang mengamalkan membaca selawat tiga kali setiap selepas solat lima waktu akan dihilangkan kebuntuan fikiran dalam menghadapi apa jua masalah
17. Nabi SAW sering menghadap kekanan sedikit setelah solat berjemaah supaya makmum dapat melihat wajahnya. Sebaiknya imam berzikir dan doa seketika bersama makmum
18. Allah akan hapuskan dosa-dosa kecil dengan kita mengamalkan beselawat sebanyak 11 kali tiap kali selesai menunaikan solat fardu
19. Nabi tak makan sambil bersandar- HR Bukhari. Ertinya, baginda makan dengan duduk condong sedikit ke hadapan bagi elakkan dirinya terlalu kenyang & mudahkan penghadaman
20. Menurut Syihab Ahmad, sesiapa berselawat tiga kali tiap selesai solat subuh, Maghrib dan isyak, ALLAH akan menghindarkannya drp sebarang bencana
21. Nabi sering beristinsyaq air kedalam hidung dan menghembuskannya. Selain membersihkan, ia juga mengelakkan sebarang penyakit yang berkaitan dengan hidung
22. Setelah bersolat Nabi memohon ampun ( astagfirullahalaziim) tiga kali- HR Muslim. Dalam riwayat yang lain, Nabi adakalanya beristighfar 75 kali sehari
23. Sesiapa yang amalkan berselawat sebanyak 1000 kali tiap hari, ALLAH akan memeliharanya daripada sebarang ancaman musuh serta bahaya fitnah
24. Apabila Nabi tidur, ia dahulukan mengiring sebelah kanan - HR Bukhari. Dari segi kesihatan, cara berkenaan baik untuk jantung (yang berada di kiri badan) mengepam darah
25. Amalan berselawat secara teratur setiap hari mampu membersihkan kekeruhan jiwa, dipermudahkan ALLAH segala urusan dan mendapat keampunan daripadaNYA
26. Tika Nabi tidur, ia membaca surah Al-Ikhlas,Al-Falaq dan An-Naas lalu meniup telapak tangan serta menyapu keseluruh tubuh) mohon perlindunganNYA) - HR Bukhari
27. Membaca selawat 10 kali pada setiap waktu pagi dan petang akan memperolehi keredhaan serta dijauhkan diri daripada mendapat kemurkaan ALLAH SWT
28. Wuduk dahulu jika ingin tidur sekalipun dalam keadaan junub. Nabi menyarankan, cukup dengan bersihkan kemaluan dan berwuduk tanpa perlu mandi wajib jika ingin tidur
29. Munurut As-Shawi, sesiapa yang membaca selawat secara rutin, akan terpelihara hatinya daripada gangguan serta tipudaya syaitan yang melalaikan
30. Silangkan kaki jika tidur di masjid. Hadith: Sahabat melihat Nabi berbaring di masjid dgn satu kakinya atas kaki yang lain (kerana bimbang terdedah aurat) - HR Bukhari
31. Sesiapa yang membaca selawat sebanyak tujuh kali selama tujuh Jumaat berturut-turut, ia bakal mendapat syafaat (pertolongan) daripada baginda SAW
32. Adakalanya Nabi SAW amat menyukai doa-doa yang ringkas (mudah) - HR Abu dawud. Baginda mementingkan kualiti doa itu sendiri dengan sedikit tetapi maknanya yang menyeluruh
33. Menurut Al-Hafiz Dimyati, sesiapa yang berhajat menemui Nabi SAW dalam mimpinya maka amalkan membaca selawat sebanyak 70 kali sehari
34. Setelah bersolat Nabi SAW mohon ampun (astagfirullahalaziim) tiga kali - HR Muslim. Dalam riwayat yang lain, Nabi adakalanya beristighfar 75 kali sehari
35. Nabi seorang yang berpsikologi dalam memberi nasihat. Nabi memilih waktu yang sesuai untuk menasihati sahabat supaya mereka tidak bosan (atau tersinggung) - HR Bukhari
36. Ada riwayat yang menyatakan bahawa amalan berselawat 80 kali tiap selep as solat asar pada hari jumaat, insyaALLAH akan dihapuskan dosa-dosa kecil seseorang
37. Menutup mulut dan rendahkan suara tika bersin. Hadith: Apabila Nabi bersin, beliau letakkan tangan atau pakaiannya dimulut (kerana dibimbangi terpercik) - HR Abu Dawud
38. Jiwa yang gelisah dapat ditenangkan dengan zikir, termasuklah berselawat sekerap yang mungkin kerana ALLAH itu Maha Luas rahmatNya
39. Sabda Nabi SAW: Barangsiapa yang berselawat kepadakusebanyak 100 kali pada hari jumaat, maka ia akan datang pada hari kiamat dengan keadaan bercahaya - Abu Naim
40. Nabi tidak pernah menolak hadiah. Hadith: nabi selalu terima hadiah & amat menghargainya - HR Bukhari
41. Sesiapa yang sering mengamalkan berselawat pada setiap hari, ALLAH akan bukakan pintu rahmat dan rezeki yang tidak disangka-sangka baginya
42. Selalu memilih yang lebih mudah. Hadith: Mudahkan sesuatu & jangan kamu sukarkannya - Muttafaq Alaih
43. Berdiri apabila melihat iringan jenazah. Hadith: Apabila kamu sekalian melihat jenazah ( yang diusung), maka berdirilah (sbg tanda penghormatan) - Muttafaq Alaih
44. Ulamak berpendapat, sesiapa yang amalkan selawat saban hari tak kira berapa hitungannya, InsyaALLAH dihindarkan daripada taun & wabak penyakit berbahaya yang lain
45. Bersujud syukur jika dapat khabar gembira. Nabi sering melakukannya ketikaberoleh khabar yang menyenangkan sebagai tanda syukur hamba terhadap ALLAH - HR Abu dawud
46. Membaca selawat 1000 kali selepas Solat Hajat dua rakaat mampu meenghilangkan keresahan, rasa dukacita serta dikabulkan ALLAH akan hajatnya
47. Beri salam hingga tiga kali sahaja. Bahawasanya Nabi (apabila mendatangi rumah sahabat) beri salam hingga 3 kali - HR Bukhari. Jika salamnya tak berjawab, beliau beredar
48. Menurut para ulamak, sesiapa yang inginkan saat kematiannya dalam kesudahan yang baik, maka berselawatlah seban yak 10 kali setiap selesai solat Maghrib
49. Melakukan pekerjaan rumah. Hadith: Bantuan terhadap isterimu itu adalah sedekah- HR Ad-Dailami
50. Para ulamak berpendapat, ALLAH SWT sempurnakan hajat yang baik dengan senantiasa berselawat 40 hingga 100 kali setiap hari, di ikuti dengan usaha yang berterusan.
Sekarang anda mempunyai 2 pilihan :
1. Sekadar Membaca Artikel ini untuk panduan anda.
2. Sampaikan kepada kenalan anda dan Insya ALLAH redha Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang anda maklumkan.
Wallahualam.

Sunday, July 15, 2007

Bidah dalam islam

BID’AH DALAM AGAMA Oleh : Fauzan Luthfi
.......Ada ahli bid’ah beralasan tidak menemukan suatu hukum agama sehingga ia berani membuat suatu bid’ah padahal hukum yang dia cari itu terlewat dari pengamatannya , dia merasa tak bersalah membuat bid’ah . Bahkan ada yang bertanya kalau Alqur’an dikatakan menjelaskan segala hal “Apakah di dalam Alqur’an menjelaskan cara berwudhu, banyaknya reka’at dalam sholat ?”, maka jawabnya adalah ya harus mengikuti Al Hadits, disitu akan dijumpai yang mereka tanyakan karena Alqur’an itu suatu teori dan prakteknya terdapat dalam Al hadits. ........
Apabila kita menghayati Alqur’an surat Al Maidah ayat 3 yang berbunyi : ,,Pada hari ini (tanggal 9 Assuro, di Arafah) Aku (Allah) telah menyempurnakan agama kamu sekalian dan Aku (Allah) telah mencukupkan ni’matku dan Aku (Allah) ridho Islam sebagai agama”, maka kita rasanya sangat bersyukur tidak perlu ragu dan khawatir akan kesempurnaan dan kelengkapan hukum agama kita yaitu Islam. Rasulullah telah menjelaskan segala hal dalam agama ini untuk kebutuhan umatnya, Abu Dzar berkata dalam salah satu hadits :,,Tidak ada yang di abaikan oleh Rasululloh SAW. sampai-sampai burung yang mengepakkan sayapnya di langit, melainkan beliau telah mengajarkan kepada Kami tentang ilmunya : ~ QS.Al An’am 38 : ,,Dan tiada mahluk-mahluk dibumi dan tidak ada burung-burung yang berterbangan dengan dua sayapnya melainkan umat semisal kamu sekalian . Tiada Aku lewatkan sesuatupun didalam kitab (Lauhil mahfudz) , kemudian kepada Tuhan merekalah mereka di kumpulkan“. ~ QS.Anahl 89 : ,,Dan kami turunkan kepadamu (Muhammad) kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan bagi tiap-tiap sesuatu”. Ada orang musrik bertanya kepada Salman al Farisi RA. “Apakah Nabi kalian mengajarkan kepada kalian sampai tata cara membuang hajat ?.” Salman, menjawab :,,Ya!, Beliau telah melarang kami apabila kami menghadap kiblat saat membuang hajat, dan membersihkan kotoran dengan kurang dari tiga batu, atau dengan tangan kanan, atau dengan kotoran kering atau dengan tulang “. Bararti inilah Nabi yang Haq, tidak meninggalkan hal-hal yang sepertinya sepele. Lalu kenapa orang tidak mengambil sunah Nabi (Alhadits) di dalam praktek ubudiyahnya. Praktek ubudiyah baik itu yang Ushul (pokok) seperti Tauhid, maupun furu’ (cabang-cabang agama Islam) seperti masalah pergaulan, salam, pakaian harus selalu berdasar Kitabullah dan Sunah Nabi, karena akan berhubungan langsung dengan sah dan tidak bahkan ancaman. Sholat adalah masalah pokok tapi dalam prakteknya didukung masalah furu’, misal orang melaksanakan Sholat dengan pakaian yang dipanjangkan sampai melebihi mata kaki maka sholatnya tidak sah bahkan diancam siksa, sesuai sabda Rasululloh , ~ ,,Laa yuqbalullohu sholaata rojulin musbilin” artinya ,,Tidaklah Allah menerima Sholatnya seseorang yang memanjangkan pakaiannya (sampai dibawah mata kaki). Ada ahli bid’ah beralasan tidak menemukan suatu hukum agama sehingga ia berani membuat suatu bid’ah padahal hukum yang dia cari itu terlewat dari pengamatannya , dia merasa tak bersalah membuat bid’ah . Bahkan ada yang bertanya kalau Alqur’an dikatakan menjelaskan segala hal “Apakah di dalam Alqur’an menjelaskan cara berwudhu, banyaknya reka’at dalam sholat ?”, maka jawabnya adalah ya harus mengikuti Al Hadits, disitu akan dijumpai yang mereka tanyakan karena Alqur’an itu suatu teori dan prakteknya terdapat dalam Al hadits. kita mengikuti sabda Rasululloh itu sama dengan taat Allah, lihat : ~ QS.Annisa 80 : ,,Barang siapa yang taat kepada Rasul maka sungguh-sungguh ia taat kepada Allah”. ~ QS.Alhasr 7 : ,,Dan apa-apa yang diberikan rasul kepadamu maka ambillah dan apa-apa yang dilarang oleh Rasul maka berhentilah”. ~ QS.Annisa 113 : ,,Dan Allah telah menurunkan Al Kitab (Qur’an) atas engkau (Muhammad) dan Al Hikmah (Hadits)”. Dengan demikian Al qur’an dan Hadits harus selalu berjalan bersamaan. Sabda Rasululloh : ~ ,,Aku telah diberi kitab (Al qur’an) dan semisal kitab itu (Hadits) menyertainya”. ~ ,,Aku telah diberi kitab (Al qur’an) dan dua kali semisal kitab itu (Hadits) menyertainya”. Jadi jumlah isi hadits dengan sendirinya lebih banyak karena merupakan praktek pengamalan dari Alqur’an. Bid’ah adalah membuat pembaharuan dalam hukum agama, hal ini hukumnya dilarang langsung oleh Allah Dan Rasul : ~ QS. Alhasr 7 : ,,Dan apa-apa yang diberikan rasul kepadamu maka ambillah dan apa-apa yang dilarang oleh Rasul maka berhentilah”. ~ QS.Alhujurat 1 :,,Wahai orang -orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. ~ HR.Buhori 8/156 : ,,Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada atas amalan itu perkara ku maka amalan itu di tolak”. ~ HR.Abu Daud K.Sunnah 506 :,,Barang siapa yang memperbaharui didalam perkaraku ini (hukum agama) yang didalamnya tidak ada Qur’an dan Hadits maka pembaharuan itu ditolak”. ~ HR.--- :,,Takutlah kamu sekalian akan pembaharuan perkara (Hukum agama) karena sesungguhnya tiap-tiap pembaharuan itu adalah bid’ah dan tiap-tiap bid’ah itu sesat, dan tiap-tiap sesat itu ke neraka”. Ada orang berbid’ah dalam hal mengagungkan Dzat Allah dengan cara melebih-lebihkan hingga keluar dari batasan hukum agama, ini disebut orang yang bid’ah berhubungan terhadap Dzat Allah, sifat Allah, asma Allah. Orang ini akan mengatakan sayalah yang paling mengagungkan Allah, sayalah orang yang paling ahli dalam mempraktekkan firman Allah surat Albaqoroh 22 : “Maka janganlah kamu sekalian menjadikan pada Allah persamaan-persamaan”, adapun orang yang tidak sama dengan saya adalah orang yang kurang mengagungkan Allah, bahkan orang yang musrik ,,mumatsil musabbih”, padahal yang telah ia lakukan tidak pernah dicontohkan oleh Rosulullah dan Ulama-ulama salaf. Ada lagi orang yang bid’ah sehubungan dengan pribadi Rasululloh, mereka melebih-lebihkan dalam memuji Rasululloh, berlebihan dalam menghormat Rasulullah hingga keluar dari ketentuan dari Allah tentang bagaimana cara menghormat Rasululloh seperti dalam Alqur’an. Bahkan Nabi sendiri telah melarang manusia yang melebih-lebihkan dalam menghormat beliau. Tapi justru orang yang ahli bid’ah tadi mengatakan sayalah orang yang paling bisa menghormat Rasululloh , adapun yang tidak sama dengan cara saya ini maka dia tidak menghormat Rasululloh. Padahal orang-orang seperti tersebut diatas adalah orang yang “lancang” telah mendahului hukum agama yang sah. lihat : ~ QS.Alhujurat 1 :,,Wahai orang -orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Sabda Rasulullah :,,Takutlah kamu sekalian akan pembaharuan perkara (Hukum agama) karena sesungguhnya tiap-tiap pembaharuan itu adalah bid’ah dan tiap-tiap bid’ah itu sesat, dan tiap-tiap sesat itu ke neraka”. Lalu pantaskah mereka-mereka ini dikatakan orang yang mengagungkan Allah dan Rasul ?. Lebih pantas manakah dengan orang yang konsekwen dalam melaksanakan dalil-dalil agama dalam hukum-hukum Alqur’an dan Hadits ?. Kalimat yang di ucapkan Nabi : “Kullu bid’atin” yang artinya tiap-tiap atau semua, ini berarti bersifat umum dan menyeluruh, dan mereka mengetahui hal itu. Ini adalah bukan kaliamat yang diucapkan oleh orang yang baru belajar ngomong tapi kalimat ini di ucapakan oleh orang yang paling fasih ucapannya, paling mengerti dan memahami arti ucapannya sendiri, yaitu Rasululloh, sebagaimana dijelaskan dalam : ~ H.R.Tirmidzi : Sahabat berkata, “Nabi itu kalau berkata , tiap-tiap katanya sangat jelas , seolah-olah dipisah dari kata yang lain”. Jadi tidak seperti benang ruwet. Berarti tidak ada arti konotasi dari kalimat “Kullu bid’atin dholalah”melainkan ya arti yang dikandung oleh kalimat itu sendiri. Menurut orang-orang yang ahli bahasa, kalau ada kalimat yang memenuhi 3 syarat maka kalimat itu tidak memiliki arti konotasi, berarti arti denotasilah yang ada dalam kalimat itu, yaitu , Suatu kalimat bila memenuhi : 1. Di ucapkan dengan tulus. 2. Di ucapkan dengan fasih. 3. Di ucapkan dengan pengertian. Maka kalimat yang keluar tidak memiliki arti konotasi. Nabi sudah barang tentu memenuhi 3 syarat tersebut. Apabila ada yang mengatakan tidak semua bid’ah itu dholalah tapi ada yang hasanah maka pendapat ini sama sekali tidak benar. Tapi bila tetap ada yang “menyebut” bid’ah hasanah dengan berdasarkan bukti-bukti dari kholifah, hal ini harus kita luruskan dulu atau kita harus menyamakan persepsi dulu , yaitu : 1. Hal itu tidak ternasuk bid’ah tapi dianggap atau dia “namai” bid’ah. 2. Hal itu memang betul-betul bid’ah yang sudah barang tentu “sayyi’ah” tapi dia tidak tahu kalau itu jelek. Jadi dalil dari Nabi yang menyatakan : “Kullu bid’atin dholalah” adalah senjata Ampuh yang benar-benar Sabda Rasululloh, bukan buatan pabrik atau ucapan sembarang manusia yang berucap sembarangan. Senjata ini tidak bisa dikalahkan oleh hujjah manapun. Secara dalil menang muthlaq karena benar, secara tata bahasa pun menang !. Untuk lebih jelasnya ikutilah tanya-jawab dibawah ini :
Tanya : Bagaimana hukumnya perkataan Umar bin Khotob yang memerintahkan pada Ubay bin Kaab dan Tamim ad Dariy agar mengimami orang-orang dibulan Ramadhan melaksanakan sholat tarawih, lalu Umar menggariskan fatwa : ,,Inilah sebaik-baiknya bid’ah ...” Jawab : 1. Tak seorangpun yang boleh menentang sabda Nabi, walaupun dengan perkataan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali atau dengan perkataan sipa saja selain mereka, karena Allah telah berfirman : QS.An Nur 63 :,,Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih”. ( menurut Imam Ahmad fitnah = syirik, menurut Ibnu Abas , fitnah = siksa, lemparan batu. Ibnu Abas berkata : ,,Hampir saja kamu dilempar batu dari langit. Ku katakan : Rasululloh SAW bersabda, tapi kalian menentangnya dengan ucapan Abu bakar dan Umar). 2. Kita yakin bahwa umar tidak akan menentang Rasululloh dengan mengatakan ini bid’ah yang paling baik. Karena sosok Umar bin Khotob adalah : • - orang yang sangat menghormati dan taat pada firman Allah • - orang yang berpijak pada ketentuan Allah • - orang yang dijuluki ahli berpegang teguh kalamullah. terbukti saat beliau akan menetapkan pembatasan mahar, lalu ada seorang wanita yang men”debat” beliau dengan surat Annisa’ 20 :,,Sedang kamu diberikan harta yang banyak...”, maka beliau tidak jadi membatasi mahar. • - orang yang telah dijamin oleh Rasululloh kebenarannya dalam berkata. • - Saat beliau berkata itu , beliau sedang menjadi Kholifah / Amirul mu’minin, jadi sangat ber ”competent” untuk mengeluarkan fatwa. Kesimpulanya , dari uraian diatas adalah : Kalimat pernyataan bid’ah yang dikatakan Umar saat mengadakan sholat sunah (tarawih) adalah tidak termasuk bid’ah seperti yang disabdakan Rasululloh, dan umar tidak menentang Rasululloh. Sholat tarawih berjamaah itu Nabi telah mencontohkan yaitu tiga malam Ramadhon berturut-turut, untuk hal ini sudah bisa dikatakan sunah Rasululloh secara ,,fi’liyah”. (Bandingkan dengan masalah puasa pada bulan Assuro (Puasa Suro), Nabi selama hidupnya melaksanakan pada tanggal 10 Assuro, kemudian Nabi berkata “Tahun depan saya akan puasa pada tanggal 9 Assuro” tapi sebelum Nabi sempat melaksanakannya Beliau telah dipanggil Allah SWT. Dan ternyata secara praktek, para sahabat dan ulama salaf ya puasa di kedua tanggal tersebut. Berarti puasa tanggal 9 = Sunah taqririyah, puasa tanggal 10 = Sunah fi’liyah). Adapun sholat sunah malam (qiyamul lail, selain tarawih) dengan berjamaah juga telah dicontohkan oleh Rasululloh, berdasarkan : ~ HR.Bukhori : Abdulloh berkata, ,,Aku bermalam dirumah bibiku Maimunah RA., lalu aku lihat Rasulullah berdiri (Qiyamul Lail) lalu aku berdiri disebelah kiri Nabi, maka Nabi memegang kepalaku dan memindahkan aku di sebelah kanan beliau”. Adapun hari keempat sholat tarawih Nabi tidak keluar itu , beliau punya alasan yang kuat, yaitu takut apabila Tarawih menjadi wajib bagi umat beliau, ~ HR.Bukhori & Muslim : ,,Inni khosyitu an tafrudlo alaikum fata’jizuu ‘anhaa”, artinya “Aku khawatir apabila tarawih itu diwajibkan pada kamu sekalian , sedangkan kamu merasa lemah melaksanakannya”.Itulah alasan Nabi tidak keluar pada hari keempat, bukan Nabi beralasan karena sholat itu harus dihentikan secara berjama’ah, sama sekali tidak pernah dinyatakan begitu oleh Rasululloh, bahkan Nabi mencontohi. Jadi sholat tarawih berjama’ah itu adalah sunah Nabi, hanya saja Umar “menjuluki” nya “Ni’matu bid’ah”. hal ini karena setelah Nabi meninggalkan berjamaah pada hari kempat, ada orang yang sholat sendiri-sendiri, ada yang melakukannya berjamaah dengan beberapa orang saja, ada yang berjama’ah dengan banyak orang, maka Umar ,,berijtihad” Tarawih berjamaah. Adapun Umar saat itu mengerjakan sebanyak duapuluh satu rekaat dan Nabi sebelas rekaat itu sama sekali tidak masalah, karena tarawih itu adalah sholat sunah dan sholat sunah itu Nabi telah bersabda jumlahnya berapa saja, bahkan Nabi pernah bersabda semakin banyak sholat sunah akan semakin baik, akan semakin tinggi derajatnya.
Tanya : Apakah sekolah , menyusun kitab (membukukan sunah), uang kertas dsb. itu bid’ah ?. Jawab : Sekolah , menyusun kitab, uang kertas itu bukan bid’ah, melainkan “sarana” untuk melaksanakan perintah. Sedang-kan sarana itu berbeda-beda menurut tempat dan zaman. Renungkan kaidah dibawah ini : ,,Sarana itu dihukumi menurut tujuannya”, ,,Sarana untuk melaksanakan perintah hukumnya diperintah”, ,,Sarana untuk perbuatan yang tidak diperintah hukumnya tidak diperintah” , ,,Sarana untuk perbuatan yang dilarang (haram) hukumnya dilarang”. berdasarkan : ~.QS.Surat Al An’am 108 : ,,Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka akan memaki Allah secara bermusuh-musuhan dengan tanpa ilmu”, (ayat ini mansuh nasihnya mereka harus diperangi.). ~ Firman Allah :,,Dan jangan memaksa kamu sekalian pada budak perempuanmu untuk menjadi pelacur”. Memiliki budak boleh tapi memiliki budak untuk dipelacur hukumnya haram. ~ HR.Kanzil Umal : ,,Barang siapa yang memiliki pena (alat) tulis maka dia akan dituntut pertanggung jawaban atas pena tersebut”. Niat juga ikut berperan dalam memper-lakukan sebuah sarana : ~ HR.Abu Daud : ,,Sesungguhya amal itu tergantung niatnya, dan sesung-guhnya bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang telah diniatkanya” Tanya : Kalau bid’ah tidak ada yang hasanah, Lalu bagaimana penjelasan sabda Nabi : ,,Man sanna fil islaami sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man amila bihaa”, yang artinya barang siapa yang memberi contoh sunah dalam islam, contoh sunah yang baik maka baginya pahalanya dan pahalanya orang yang menirunya (tanpa mengurangi pahalanya orang yang meniru). ? Jawab : Orang yang bersabda dalil di atas adalah orang yang juga bersabda “bid’ah itu semuanya dholalah” yaitu Rasulullah. Tidak mungkin beliau orang yang ,,ma’ruf” ,terpercaya, dan jujur lalu omongannya sendiri saling bertenta-ngan atau “mencla-mencle”. Anggapan itu mungkin karena orang tersebut kurang jeli memandang hadits atau tidak mampu memahami hadits Kedua hadits tersebut tidak bertentangan karena artinya saja “Man sanna sunnatan fil Islaami..” adalah Barang siapa yang bersunah didalam Islam...” la bid’ah itu bukan termasuk Islam kok. Dan asbabun nuzulnya hadits itu kan saat ada orang-orang yang datang kepada Nabi dalam keadaan kesulitan ekonomi, maka Nabi menghimbau kepada para sahabat untuk shodaqoh, lalu datang orang Anshor dengan membawa sekontong uang perak yang banyak lalu wajah Nabi berseri-seri dan bersabda hadits tersebut diatas. Berarti “sanna” = melaksanakan / mengerjakan bukan membuat / menimbulkan suatu sunnah. Demikianlah uraian penjelasan ini semoga bisa membawa kita kepada kebenaran dalam beragama, karena betul-betul kita telah memurnikan ibadah baik tujuannya (Karena Allah) maupun sumbernya (Alqur’an dan Hadits). Amin.
Ajkh.
Wassalam,