Sunday, July 15, 2007

siapkanlah dirimu dengan bekal agama

Siapkanlah Bekalmu Untuk Hari Esok yang Panjang



Ditulis Oleh Abu Rasyid
Firman Allah s.w.t. :
"Hai orang-orang yang beriman, taqwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan (bekal) apa yang telah disiapkannya untuk hari esok.
Taqwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al-Hasyru : 18)
Pada ayat diatas Allah s.w.t. memperingatkan kaum mukminin agar tidak nekat mati. Karena mati bukan akhir permasalahan yang dihadapi manusia. Mati adalah pindah dari kehidupan duniawi menuju kehidupan akhirat (ukhrowi).
Justru mati merupakan kelanjutan kehidupan dunia ini. Di akhirat itu manusia akan menerima semua ganjaran amal kebaikan mereka, atau menerima siksa akibat dosa-dosa yang mereka lakukan. Oleh karena itulah, maka pada ayat 18 surah Al-Hasyru diatas, Allah s.w.t. juga memperingatkan orang-orang yang beriman, agar mereka senantiasa memperhatikan dan mempersiapkan bekal-bekal yang mereka bawa untuk kehidupan di akhirat itu. Dan bekalnya adalah taqwa!
Sehingga Allah s.w.t. menyebutkan kata-kata taqwa tersebut 2 kali di dalam ayat ini. Dan kedua-duanya dengan lafazh amar (perintah), yaitu memerintahkan kepada setiap mukmin untuk senantiasa taqwa kepada-Nya.
Namun sayang sekali, pengertian taqwa ini belum banyak yang memahaminya.
Padahal asal kata taqwa itu dari kata-kata arab, yaitu: waqa atau yaqii atau waqaayah yang artinya memelihara diri dari kesalahan. Para ulama telah menyimpulkan, bahwa makna dari taqwa itu adalalah: menjunjung tinggi perintah Allah s.w.t. dan menjauhi semua laranganNya.
Jadi makna taqwa itu ialah melaksanakan tuntunan agama Islam dengan sebaik-baiknya. Mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah s.w.t., walaupun harus mengorbankan sebagian dari waktu, tenaga, dan kesenangan kita. Dan meninggalkan semua yang dilarangNya, walaupun diantara larangan Allah s.w.t. itu ada yang sangat menyenangkan (hawa-nafsu) kita. Inilah makna taqwa yang sebenarnya. Bukanlah orang yang taqwa, kalau dia tidak mendirikan sholat, tidak puasa, tidak zakat, dan tidak melaksanakan perintah Allah s.w.t. yang lain, yang sesuai dengan sunnah Rasulullah s.a.w. Dan tidaklah disebut taqwa, orang yang melakukan maksiat. Singkatnya, tidaklah taqwa orang yang meninggalkan ibadat dan melaksanakan maksiat.
Maka Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
"Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada!"
"Bertaqwalah kepada Allah semampu (sekuat) kamu!"
kesimpulan makna taqwa, ialah: menerima, meyakini, dan melaksanakan semua perintah Allah s.w.t. dan sekaligus meninggalkan semua laranganNya, sesuai dengan teladan yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.
Makna taqwa yang seperti inilah yang Allah s.w.t. perintahkan kepada orang-orang mukmin dan mukminah, agar mereka persiapkan untuk bekal menghadapi kematian (hari esok) yang sangat panjang. Dimana orang-orang yang taqwa akan dimasukkan Allah s.w.t. kedalam surga, dan meraka kekal didalamnya. Sedangkan orang-orang yang durhaka (fujjaar) akan dimasukkan kedalam neraka dan mereka kekal didalamnya. Oleh karena itu, maka Allah s.w.t. peringatkan kaum mukminin agar tidak terlena dan terlupa dari persiapan ini, sebagaimana firmanNya yang merupakan kelanjuta firmanNya di
atas:
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah jadikan mereka lupa kepada (kewajiban) diri mereka sendiri, dan jadilah mereka orang-orang yang fasiq". (Q.S. Al-Hasyru : 19).
Orang-orang yang fasiq ialah orang-orang yang tidak mau melaksanakan titah Allah s.w.t. dan senang melakukan kemaksiatan. Ringakasnya tidak mau ibadah dan senang maksiat.
Kemudian pada ayat selanjutnya, Allah s.w.t. menerangkan perbedaan tempat bagi orang-orang yang taat (taqwa) dan tempat orang-orang yang fasiq (maksiat). Lihatlah firmanNya:
"Tidaklah sama (calon) penghuni neraka dengan (calon) penghuni surga.
Penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang sukses". (Q.S. Al-Hasyru :
20).
Menurut firman Allah s.w.t. pada ayat 20 ini, orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang berhasil didunia ini dari segi materi dan kedudukan. Sukses yang dimaksud adalah sukses akhirat, yaitu masuk kedalam surga. Inilah sukses yang sebenarnya karena sifatnya abadi dan kekal selama-lamanya. Menerima semua nikmat Allah s.w.t. yang telah Dia janjikan kepada umat manusia. Dan syarat untuk mencapai sukses abadi ini ialah dengan cara taqwa kepada Allah s.w.t.
Beruntunglah mereka yang hidup kaya, berkedudukan tinggi dan mempunyai kelebihan lainnya, disamping itu mereka bertaqwa kepada Allah s.w.t. Dunia bahagia dan akhirat surga. Dan celakalah orang-orang yang melarat semasa didunia, buruk dan sakit-sakitan pula, sudah itu tidak pula ada imannya.
Dunia sengsara, akhirat masuk neraka.
Disadur dari: 91 wasiat Allah untuk orang mukmin, Drs. H. Alifuddin el Islamy Sim Song Thian
Abu Rasyid

No comments: